Chiangmai berjarak 600-700 kilometer dari Bangkok. Jika melalui
perjalanan darat, Chiangmai bisa ditempuh lebih dari 8 jam perjalanan.
Namun, jika dijangkau dengan pesawat terbang, hanya butuh satu jam untuk
mencapai kota berjuluk ”Rose of Thailand” tersebut.
Tidak salah
juga jika kota terbesar kedua di Thailand ini disebut sebagai ”Mawar
Thailand”. Di beberapa sudut kota berpenduduk 1,6 juta jiwa itu banyak
terdapat taman kota dengan berbagai bunga cantik sebagai penghias,
termasuk mawar tentu saja.
Namun, mungkin sebutan ”Mawar
Thailand” ini karena Chiangmai adalah kota nan cantik, damai, dan
nyaman. Kita tidak akan mendapati mobil berseliweran tanpa arah, saling
klakson, dan bersaing adu cepat. Pengendara roda empat bahkan dengan
ramah memberikan ruang bagi pejalan kaki untuk melintas terlebih dahulu.
Waktu
ternyaman adalah pada hari Minggu. Sebab, kota ini seakan tertidur pada
hari libur tersebut. Aktivitas lalu lintas baru terasa meningkat saat
tengah hari. Sangat cocok bagi pejalan kaki jika ingin menikmati seluruh
pusat kota Chiangmai dengan leluasa.
Chiangmai adalah kota
pejalan kaki. Hampir sebagian besar wisatawan di sana menikmati
keindahan pusat kota dengan berjalan kaki. Jalan-jalan seperti
Rachadamnoen Road, Thapae Road, dan Chang Klan Road adalah jalan-jalan
utama untuk menikmati keramahan Chiangmai.
Jalur bagi pejalan
kaki tidaklah besar, tidak lebih dari 2,5 meter. Namun, kondisinya
sangat bersih dan terawat. Nyaris tidak ada tumpukan sampah yang
mengganggu pemandangan. Jika tidak ingin berjalan kaki, wisatawan bisa
naik tuk tuk, angkutan umum, atau menyewa motor dan mobil yang banyak
terdapat di Chiangmai.
Bersih
Di
kanan-kiri jalan, kios-kios suvenir, pakaian, makanan, dan pijat
refleksi seakan menyapa wisatawan yang melintas. Bangunannya sangat
terbuka, bersih, dan nyaman.
Ada beberapa lokasi yang bisa
dikunjungi saat berada di Chiangmai. Selain menikmati kios aneka produk
di kanan-kiri jalan, wisatawan bisa juga singgah menikmati keindahan dan
keramahan kuil Buddha di Chiangmai. Chiangmai memang dikenal sebagai
kota dengan ratusan kuil.
Kuil di tengah kota tua Chiangmai yang
sempat saya singgahi adalah Wat Prasingh. Kuil di Singharat Road itu
memang salah satu kuil yang sangat terbuka bagi wisatawan. Wisatawan
bisa menikmati kemegahan dekorasi kuil, berdoa, atau menyaksikan para
biksu menjalani ritual makan bersama dan berdoa. Di kuil yang dibangun
pada 1345 tersebut terdapat patung Buddha besar yang menjadi daya tarik
utama.
Kuil menarik lain yang patut disinggahi adalah Wat Doi
Suthep. Kuil di lereng Pegunungan Doi Suthep itu merupakan salah satu
kuil terindah dan paling ramai dikunjungi wisatawan. Karena letaknya di
pegunungan, saat cuaca cerah orang bisa melihat kota Chiangmai dari
ketinggian.
”Doi Suthep artinya semacam menara pengawas. Ini
karena lokasinya yang bisa memantau seluruh kota Chiangmai,” ujar Singh
(44), pemandu tur ke kuil itu.
Sekitar 45 menit berkendara, sampailah saya di Wat Doi Suthep. Untuk sampai ke kuil, kita harus mendaki 300-an anak tangga.
Lelah
saat meniti anak tangga rasanya terbayar ketika melihat kemegahan kuil
yang dibangun pada 1383 itu. Kuil itu cukup megah dan besar. Stupa warna
kuning emas menjulang tinggi seakan mencoba mendekatkan umatnya kepada
Sang Kuasa.
Jika siang hingga sore harinya kita menikmati wisata
religius Chiangmai, pada malam hari kita bisa menikmati keramahan dan
kesederhanaan pasar malam Chiangmai. Sepanjang jalur pasar malam di
Chang Klan Road adalah pilihan tepat untuk mencari makan, minum,
suvenir, ataupun merasakan pijat refleksi khas Thailand.
Pasar
malam itu buka mulai pukul 18.00 hingga pukul 24.00 waktu setempat.
Mereka berjualan di lapak-lapak dengan gerobak dorong yang dengan mudah
dipindahkan saat jam dagang usai.
Pasar malam Chiangmai ini
jangan dibayangkan seperti pasar tumpah di kebanyakan kota-kota di
Indonesia. Pasar ini berisi pedagang kaki lima (PKL) yang sangat rapi,
sopan, dan tertib dalam berjualan. Tidak ada paksaan bagi pengunjung
untuk membeli dagangan mereka. Penjual baru akan menjelaskan soal
dagangannya saat ditanya oleh calon pembeli.
Anusarn Market
adalah salah satu bagian dari pasar malam Chiangmai. Letaknya di
belakang gedung-gedung dan hotel bertingkat di Chiangmai. Meski
tersembunyi, umumnya wisatawan tak melewatkan mengunjungi pasar malam
itu.
Hampir semua produk khas Thailand, seperti oleh-oleh,
suvernir, kaus, makanan dan minuman, ada di sini. Harganya pun
terjangkau. Kaus berkualitas sedang bisa diperoleh dengan harga 150-190
baht atau sekitar Rp 60.000.
Meski hanya merupakan kumpulan PKL,
sekali lagi pasar malam ini sangat bersih dan rapi. Tak heran jika
setiap malam selalu ramai pengunjung. ”Selalu ada petugas kebersihan
sebelum dan setelah waktu berjualan. Kami pun diwajibkan menjaga
kebersihan agar pengunjung nyaman,” ujar Tcham (41), pedagang di Pasar
Anusarn.
Tcham bercerita, dia tidak mengambil untung banyak dari
pembeli. Ia harus menjaga kenyamanan setiap pembeli yang datang. Dia
yakin, jika sekali wisatawan tertarik dengan kondisi di Chiangmai,
misalnya di Anusarn Market, suatu saat mereka akan kembali.
Sungguh
menarik. Chiangmai mengajarkan bahwa PKL pun bisa menjadi daya tarik
wisata asal ditata dengan baik. Meski hanya PKL, mereka pun memiliki
pandangan bagus mempertahankan pelanggan. Pembeli tidak dilihat sebagai
obyek yang hanya akan datang satu-dua kali, tetapi sebagai aset yang
mungkin akan berkunjung berkali-kali jika merasa senang. (Dahlia Irawati)
Kamis, 13 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
-Kami tidak akan segan-segan menghapus komentar anda jika tidak berhubungan dengan artikel.
-Dilarang keras berkomentar dengan live lnik (akan dihapus).
-Komentar yang membangun sangat kami harapkan Untuk memajukan blog ini.